Related Posts with Thumbnails
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Tuesday, February 9, 2010

Cisco, NetApp, dan VMware Berkolaborasi Menuju Komputasi Awan

Di Indonesia, teknologi Cloud Computing atau komputasi awan, selama ini baru sebatas tren yang didengang-dengungkan oleh vendor-vendor teknologi saja. Sedangkan untuk menerapkannya, masih ditemui sejumlah kendala.

Komputasi awan, atau teknologi untuk mengefisienkan penyimpanan data sejatinya bukanlah "barang" baru. Sejak 1-2 tahun lalu, teknologi ini sudah "ramai" diperbincangkan dan mulai diterapkan di luar negeri.

Sebuah perusahaan yang menerapkan teknologi tersebut bisa jadi tak perlu lagi menyediakan infrastruktur atau perangkat penyimpanan data sendiri. Data-data perusahaan tersebut bukanlah "dihilangkan", melainkan disimpan di data center yang digunakan bersama-sama.

Data milik perusahaan pengguna layanan komputasi awan ini bisa saja disimpan di data center yang ada di negara lain, yang tak diketahui si pengguna layanan. Karena perangkat penyimpanan datanya tidak terlihat secara fisik itulah, teknologi ini disebut komputasi awan.

Cara kerja komputasi awan yang seperti itu yang masih mengundang keraguan konsumen di Indonesia, apakah teknologi tersebut aman atau tidak. Selain itu, sebelum melangkah ke komputasi awan, sebuah perusahaan terlebih dahulu harus menerapkan virtualisasi data centernya secara internal.

Dengan melakukan virtualisasi internal, sebuah perusahaan yang sebelumnya memiliki sepuluh server untuk menjalankan sepuluh aplikasi (1 server untuk 1 aplikasi), mungkin jadi hanya membutuhkan sebuah server saja.

Namun, untuk melakukan virtualisasi, selama ini konsumen seringkali masih dilanda kebingungan. Mau dimulai darimana virtualisasi itu. Apakah storage-nya, server atau jaringannya terlebih dahulu.

"Kalau virtualisasi internal saja belum dilakukan, bagaimana mau merasakan virtualisasi eksternal. Memanage yang secara fisik saja masih sulit, bagaimana mau memanage yang tidak terlihat," kata Edwin Lim, Country Manager VMware Indonesia, penyedia layanan virtualisasi infrastruktur bisnis.

Itu dari sisi konsumen. Sementara dari sisi penyedia layanan, agar virtualisasi bisa berjalan lebih efisien dan menyeluruh, dibutuhkan kolaborasi. Yakni antara penyedia layanan storage, penyedia layanan infrastruktur jaringan serta penyedia layanan server dan mesin virtualisasi.

Nah, untuk mewujudkan virtualisasi data center bisa lebih efisien, dinamis serta aman itulah, tiga penyedia layanan, yakni Cisco (jaringan), NetApp (data center) dan VMware (mesin virtualisasi), berkolaborasi untuk menyediakan sebuah arsitektur desain baru.

Kolaborasi ini adalah bentuk perluasan kerjasama yang sudah dilakukan ketiga perusahaan itu sebelumnya. "Karena virtualisasi akan sulit diwujudkan tanpa kolaborasi," ujar Steven Law, Country Manager NetApp Indonesia, Vietnam dan Filipina, saat mengumumkan kerjasama tersebut di Jakarta, Kamis pekan lalu.

Selain Steven Law dan Edwin Lim, turut serta Kurnijanto Edy Sanggono, Business Development Manager Cisco Indonesia. Di tingkat global, kerjasama tiga vendor terkemuka ini telah diluncurkan sejak 26 Januari lalu.

Layanan yang diperkenalkan ketiga perusahaan tersebut adalah Secure Multi-tenancy Design Architecture. Selain end to end, arsitektur desain baru ini menjanjikan keamanan yang lebih baik dalam lingkungan awan, yang sebelumnya menjadi keraguan dan kendala dari sisi konsumen.

Ibarat sebuah hotel yang diasumsikan sebagai data center, sedangkan para tamu yang menginap diasumsikan sebagai data milik pelanggan. Kendati hotel tersebut digunakan beramai-ramai atau bergantian, pengelola hotel yang baik tentu harus memastikan keamanan dan privasi setiap tamu yang menginap di dalamnya.

"Masalah keamanan dan privasi tentu menjadi perhatian kami," kata Kurnijanto. Menurutnya, menuju komputasi awan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Apalagi untuk memastikan apakah layanan yang disediakan tersebut aman bagi pelanggan.

"Karena itulah kami (NettApp, Cisco dan VMware) mencoba menyatukan apa yang kami miliki menjadi satu desain yang sudah terbukti (aman)," ujarnya. Arsitektur desain baru dari ketiga vendor tersebut juga didukung layanan 24 jam dari para staf profesional.

Kerjasama ini sekaligus membuka kesempatan bagi para partner lokal yang ingin bekerjasama. Sayangnya, ketiga bos penyedia layanan korporat itu enggan menegaskan apakah kolaborasi tersebut juga akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk melakukan virtualisasi, ketimbang melakukan virtualisasi secara partial alias bagian perbagian.

"Soal biaya relatif, tapi yang jelas pusingnya lebih sedikit," kata Edwin. Namun ketiganya optimis dengan layanan hasil kolaborasi ini, virtualisasi data center yang dinamis, efisien serta aman bakal terwujud di tahun 2010 ini. "Karena virtualisasi itu bisa terjadi tidak serta merta karena ingin komputasi awan, tetapi karena semua pelanggan menginginkan efisiensi," kata Steven.

0 comment: